Minggu, 17 Mei 2015

Sekelumit Perjalanan Tim Pendamping Masyarakat Desa Cintaasih Cianjur







Sekelumit Perjalanan
Tim Pendamping Masyarakat
Desa Cintaasih Cianjur

Oleh : *) Nanang Rustandi

Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM) merupakan program pemerintah yang memanfaatkan lahan-lahan kritis agar lebih produktif sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Perlu diketahui bahwa penanganan lahan kritis dan SDA merupakan permasalahan yang multi kompleks, hal ini terkait dengan penanganan lintas sektor mulai dari kehutanan, sumber daya air dan pertanian, serta kesetaraan pengelolaan sumberdaya alam mulai dari hulu, tengah dan hilir.
Penurunan kualitas (degradasi) sumberdaya hutan dan lahan serta sumber daya air semakin meningkat. Peningkatan ini ditandai dengan semakin bertambah luas lahan kritis dan peningkatan nilai kekritisan lahan di berbagai wilayah, baik di kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan (areal milik masyarakat). Selain itu juga terjadi ancaman degradasi dan kekurangan air pada musim kemarau serta fenomena banjir pada musin hujan.
Deforestasi dan degradasi lahan dan hutan tersebut saat ini telah menjadi keprihatinan banyak pihak dan telah menimbulkan dampak negatif antara lain banjir, kekeringan, dan tanah longsor yang sangat merugikan masyarakat. Kondisi ini diperparah oeh belum terciptanya mekanisme insentif yang adil dan intergratif antara hulu-tengah-hilir dalam kesetaraan pengelolaan sumberdaya alam.
Pelaksanakan program pengembangan penanganan lahan kritis dan sumber daya air berbasis masyarakat, tidak hanya memperhatikan kepada aspek lingkungan hutan, tanah dan air saja , akan tetapi memperhatikan juga aspek masyarakat yang dalam lingkar lingkungan tersebut. Jika perilaku pelaku ekosistem tidak dilibatkan sejak awal dalam pengembangan penanganan lahan kritis, maka pemanfaatan sumber daya air yang melampui daya dukung lahan akan mengalami kerusakan dan terjadi degradasi lapisan tanah yang pada akhirnya dapat membahayakan fungsi hidrologi, produktivitas lahan, tata air dan dapat mempengaruhi sosial ekonomi sehingga pengentasan kemiskinan akan sulit untuk dilakukan.
Program ini menggunakan APBN dan sebagai leading sector-nya adalah Ditjen Bina Bangda Kemendagri.nPelaksanaan program tahun 2012 ini, di Propinsi Jawa Barat, dilaksanakan di dua kabupaten yaitu Kabupaten Kuningan dan Cianjur. Sebagai lokasi program, Kabupaten Cianjur ditempatkan di empat lokasi, Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong, Desa Sukamantri Kecamatan Bojongicung dan Desa Desa Salamnunggal dan Desa Karangnunggal Kecamatan Cibeber.
Sebagai pendamping hanya yang menjalankan fungsi sosialisasi, fasilitasi, monitoring, evaluasi, pendampingan teknis dan non teknis, analisis dan motivasi hanyalah ban serep dari pelaksana utama yaitu petani penggarap. Pelaksanaan itu perlu ada kemauan dan komitmen bersama secara terpadu karena system utama pelaksanaan kegiatan ini adalah partisipatif.

Hasil Pendampingan Bulan Mei
Pada awal bulan Mei 2012 Tim Pendamping Masyarakat (TPM) menandatangani kontrak serta mendapatkan bimbingan dari konsultan Pembangunan Daerah Kementrian Dalam Negeri (Bangda Kemendagri) tentang Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM), selanjutnya TPM melakukan konsolidasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Cianjur terkait dengan pelaksana teknis.
TPM juga bersosialisasi ke aparatur Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong serta pengurus inti Kelompok Tani semula diprakarsai bapak Oha Rusman. Untuk menemui para petani juga didampingi Koordinator Penyuluh Kehutanan Kecamatan Gekbrong Manuri dan Penyuluh Kehutanan Amar Romidin, S.SP, setelah melakukan sosialisasi selama dua pekan, akhirnya mendapat kesimpulan, jika kelompok tani yang ada sebelumnya dan dirikan pada tahun 2003 dipimpin Oha Rusman bernama Kelompok Tani Kuntul ‘Mekar Asih’, sulit untuk dikembangkan. Hal itu juga berdasarkan keterangan dari ketua Oha yang mengaku sudah tua, sehingga kelompok itu tidak aktif sejak berdirinya. Maka atas inisiatif Penyuluh Kehutanan dan TPM perlu dibentuk kelompok tani baru. Hasilnya para tokoh tani dan aparatur desa setempat memilih nama A. Hidayat (Pa Alit) untuk memimpin kelompok tani baru dalam program PLKSDA-BM di desa tersebut.
Hasil dari koordinasi, akhirnya A. Hidayat menyanggupi untuk memimpin sementara kelompok tani yang didampingi Sekretarisnya Cecep NM. Usai melaksanakan pertemuan pertama kelompok tani pada 20 Mei 2012 maka menyepakati pembentukan kelompok tani baru dengan nama ‘Kelompok Tani Desa Cintaasih ‘Cinta Mukti’.
Dalam perkembanganya, TPM bersama kelompok tani sementara melakukan pemetaan lahan dibantu Penyuluh Kehutanan, dan mendata vegetasi tanaman yang ada di lahan petani penggarap program.
Selain itu pada, Senin 21 Mei 2012 sekitar pukul 10.00 WIB berkunjung ke kantor Desa Cintaasih di Kampung Kuntul diterima oleh staf dan sekretaris desa. Tujuan kedatangan dari penyuluh kehutanan Dishut Kabupaten Cianjur dipimpin Deddy Muthalib, SP, Manuri dan Amar Romidin S, SP juga Tim Pendamping Masyarakat (TPM) Desa Cintaasih Nanang Rustandi. Setelah berbincang dan meminta data dari sekretaris desa dan staf, muncul data nama calon anggota kelompok hasil revisi dari data yang sudah ada. Begitupun tanggapan dari desa soal tugas pokok dan kegiatan desa di berbagai bidang sebagai desa calon penerima program PLKSDA-BM.
Usai mencocokan data, tim langsung menuju rumah Ketua Kelompok Pak Oha yang lokasinya tak jauh dari bale desa. Kunjungan ternyata hanya diterima istrinya dan menunjukan jika Pa Oha berada di ladang. Usai bertemu Pa Oha, langsung meminta untuk bisa bertemu dengan perwakilan anggota kelompok tani hutan desa. Tidak lama akhirnya menggelar pertemuan di rumah rangkai milik Anom Suganda. Calon anggota kelompok yang hadir diantaranya, Pa Oha, Mas Sodikin, Anom Suganda, Suhanda, Julaeha dan Komariah.
Dari hasil perbincangan santai muncul kondisi lingkungan sekitar hutan dan harapan ke depan. Gambaran umum aktifitas warga penggarap lahan desa diantaranya, belum adanya jenis pohon serta tumpang sari yang tetap bagi penggarap. Sebab, curah hujan dan kebutuhan secara ekonomi akan tanaman pohon diserahkan pada masing-masing penggarap. Adapun curah hujan dalam satu musim, satu bulan dan minggu tidak bisa diprediksi dan tidak menentu. Namun, musim tanam kebanyakan dimulai pada bulan pertama dan musim panen pada akhir tahun bulan pada bulan 11 dan 12. Kebanyakan saat ini warga menanam tanaman palawija seperti jagung, cabai, ubi  dan tanaman musiman lainnya. Tidak ada yang menaman padi huma. Khusus untuk jenis tanaman ubi dan cabai dimulai pada bulan Desember dan Januari, karena tanaman cabe harus memiliki curah hujan yang tinggi. Adapun panen dilakukan pada bulan Februari dan Oktober atau kurang lebih tiga bulan. Namun sebagian warga juga tidak bisa menentukan jenis tanaman yang ditanam karena sesuai kondisi cuaca.
Hasil perbincangan dengan penggarap lahan :
Mas Sodikin (38), petani lulusan STM Solo, yang kini tinggal di Kampung Kuntul RT 01 RW 03 Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong beraktifitas sebagai  tani dan kuli bangunan. Jika mengisi waktu luang ia juga berbisnis kayu dan apa saja kerjaan bangunan. Dalam bekerja tidak bisa ditentukan waktunya, bertani sendiri dimulai pada hari agung atau bulan syawal/bulan haji, pada bulan Oktober dan November. Kalau kosong kadang-kadang sebulan musim tanam September dan Oktober. Kalau tidak sedang bertani  suka apa yang bisa dikerjakan seperti membuat pesanan kusen, gulung dinamo dan pekerjaan tower. Bertani musiman ubi sebesar Rp. 600 ribu dijadikan modal pekerja, tapi Jagung sulit, ubi paling jelek bisa meraup keuntungan sebesar Rp. 1.500.000.
Sedangkan, rata-rata penghasilan per hari dari bekerja kuli bangunan sebesar Rp. 50 ribu. Kalau bertani ubi modal sebesar Rp. 600 ribu untuk tiga bulan panen. Rata-rata bekerja dan bertani 10 bulan dalam setiap tahunya (Jumat libur). Hitungan penghasilan (10 bulan, 26 x 100 x 260 x 50 ribu =  Rp. 13 juta per tahun). Kalau dirata-ratakan penghasilan per bulan Rp. 1.100.000. Untuk menjual cabai, bisa menghasilkan  1 ton 2 kwintal, dengan harga Rp. 2500 per kilogram jadi hasilnya sebesar Rp. 3.000.000 pertahun jadi penghasilan pertahun bisa mencapai Rp. 16 juta.
Anom Suganda (40) tani dan kuli bangunan, kuli bangunan jarang diajak jadi nganggur. Jadi bingung, satu hari hanya memperoleh Rp. 20 ribu, tapi adakalanya nganggur, juga ikut maro domba milik orang.
Suhanda (50) dan istrinya Julaeha (43) bertani kecil-kecilan yaitu bertani jagung, yang harganya tak menentu, kadang belum terjual, murah jagung kalau sedikit. Hasil bertani jagung sulit dikalkulasikan penghasilan antara Rp. 100 hingga Rp. 200 ribu per hari. Kalau sehat ngurus domba, dari mana itu dari kalkulasikan tidak pasti, kalau lagi bagus harga jual tani bagus, kalau sedikit  nggak ada sama sekali. Adakalanya bertani cabe yang harga jualnya bisa mencapai Rp. 10 ribu per kilogram bisa dapat 1 ton dengan keuntungan Rp. 10 juta per satu musim, meski adakalanya tidak satu musim. Mengolah cabe lama, mulai semai hingga panen kurang lebih delapan bulan, empat bulan ke sana panen. Asumsi pendapatannya mencapai Rp. 1.800.000 perbulan.
Komariah (50) kuli sudah tidak kuat, tapi aktifitas sehari-hari jualan gorengan dengan sekemampuannya. Berdagang adakalnya suka dapat dan tidak. Jumlah gorengan yang dijual sistem paking antara 30 sampai 40 buha. Namun adakalanya tidak jualan. Pengahasilan rata-rata Rp. 450 ribu per bulan dihitung 10 bulan. Ia mengaku sangat kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya tersebut.
Pak Oha (65) anggota kelompok yang tercatat sebanyak 51 orang, dengan latarbelakang aktivitas berbeda-beda, namun kebanyakan bertani dan sebagian berdagang. Pak Oha mengaku sering ikut pelatihan, ikut pelatihan ulat sutra. pelatihan perkebunan (kopi) PLA di Gekbrong. Meski di kelompoknya belum ada pelatihan. Pingin pelatihan Ubi Cilembu Subang, dan pelatihan apa yang diinginkan bagi para pemuda garapan. Hasil min modal jutaan sampai Rp. 10 ribu. Motor puluhan juta, pemuda banyak pelatihan meski intinya modal, pelatihan ada sekitar 20 orang pemuda dilatih bengkel tehnik tapi yang harus ada lokasi, dari Depnaker Jawa Barat. Pemuda punya potensi di Desa Cinta Asih. Ke pertanian pingin program apa? Tehnik bertani, jenis jamur pingin juga jamur jerami. Tempatnya di rumah ketua kelompok Pa Oha yang berminat dari berapa orang anggota untuk pelatihan. Namun ada kelemahan dalam berkelompok segan dan kelompok akan dibentuk untuk memotivasi dinamika kelompok, karena kurang kompak. Masalah konservasi tanah membuat sengkedan, sumur resapan dan dua kali gagal. Budidaya jamur, ternak itik tahun pertama kalau tahun ke dua hewan domba. Bisa juga pelatihan dan kebutuhan alat mesin bubud dan pembuat baud. Kondisi air cukup sulit didapat.

Hasil Dampingan Bulan Juni
Usai melakukan koordinasi dan pertemuan awal bertatap muka dengan para petani, TPM, Penyuluh Kehutanan dan Ketua Kelompok Tani sementara selanjutnya menyepakati melakukan survei lapangan dengan meninjau langsung batas-batas lahan garapan petani, vegetasi dan kondisi kemiringa serta lahan penggarap program PLKSDA-BM. Lahan penggarap yang berada di kawasan milik tanah/carik Desa Cintaasih luasnya hampir mencapai 43 hektar dengan 99 persen lahan darat yang berbatasan dengan tanah milik dan perkebunan teh milik swasta. Dari hasil peninjauan ke lapangan hampir 40 persen lahan sudah ditanami pohon produksi yang sudah dinilai hijau seperti albasia, sengon, jabon, kopi, cengkeh, teh, karet, dan pala. Sedangkan 60 persen masih berbentuk lahan kosong dan hanya ditanami umbi-umbian dan tanaman semusim dan buah-buahan diantaranya, mangga, alpokat, rambutan, jeruk, pepaya, durian, sawo, pisang. Hortikultura, jagung, padi sawah, padi ladang, tomat, mentimun, buncis, terong. Palawija, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Singkong, dan Kacang Panjang.
Peninjauan langsung ke lapangan dan pemetaan lahan karena wilayah Kuntul terbagi dua dan dibatasi jalan desa, maka pembagian blok menjadi dua yaitu Blok Utara dan Blok Selatan. Blok Utara kondisi lahanya relatif sebagian sudah hijau, meski kondisi gundul masih terjadi di beberapa sudut lahan. Terdapat satu saung pertemuan petani milik Ketua Kelompok Penggarap A. Hidayat. Sebagian lahan di bagian utara merupakan wilayah perkampungan berupa rumah warga dan fasilitas pendidikan seperti sekolah dan unit usaha desa (KUD). Lahan di utara juga berbatasan dengan lahan perkebunan teh swasta di areal ini terdapat beberapa penggarap sebagai penjual buah pisang dan tanaman palawija lainnya, juga ada petani yang memelihara ternak domba, ayam dan lainnya. Adapun tingkat kemiringan tanah di areal ini tidak terlalu curam atau sekitar 40 derajat dengan penyangga sengkedan sudah cukup dikelola dengan baik oleh petani.
Begitpun pada survei di blok garapan Kuntul Selatan, juga dilakukan pemetaan dan melihat batas lahan, lahan di blok selatan hampir 50 persen mengalami gundul atau banyak lahan kosong yang hanya ditanami palawija dan beberapa sudah mulai menanam pohon tahunan yang baru beberapa bulan ditanam. Di beberapa lahan terdapat tanaman pohon yang sudah bagus dan di lahan lainnya tampak gundul. Kemiringan di blok selatan mencapai 60 derajat dan tingkat vegetasi yang terbatas. Kekurangan dan sulitnya air serapan di lokasi ini sangat terasa, meski pohon dan palawija tanaman semusim masih bisa tumbuh seperti Jagung dan Singkong, umbi-umbian juga mengandalkan air hujan, karena lahan tadah hujan. Sedangkan di pinggir lahan garapan terdapat perkampungan warga yang juga mengaku di lokasi ini warga cukup kesulitan air bersih dan jika harus membuat lubang sumur harus mencapai 15 meter. Ada beberapa bak penampungan air yang sudah tersedia dari program pengadaan air yang lain, tetapi dari empat bak yang ada kondisinya tidak terpakai dengan baik, meski pipa dan selang yang ada masih dalam kondisi baik. Di lahan ini ada satu bangunan kosong yang disarankan petani untuk dijadikan tempat pertemuan kelompok setelah program ini berjalan, bangunan tersebut juga milik desa dengan kondisi kosong dan sudah rusak parah.
Pada minggu kedua pendampingan dilakukan dengan cara menggelar pertemuan dengan sejumlah petani penggarap di blok utara atau pertemuan kelompok pra sosialisasi tingkat desa. Pertemuan dilakukan di rumah Ketua Kelompok A. Hidayat dengan dihadiri sejumlah petani, adapun yang hadir saat itu diantaranya Penyuluh Kehutanan Desa Cintaasih Gekbrong Amar Romidin, Koordinator TPM Budi, TPM Cintaasih Nanang Rustandi, TPM Sukaratu Kecamatan Bojongpicung Cecep, TPM Desa Karangnunggal Kecamatan Cibeber Jalaludin, dan TPM Desa Salamnunggal Kecamatan Cibeber Astri Nopianti, dari pihak Kadus diwakili ibu Kadus Rani dan pihak desa Dadan. Sedangkan dari pihak petani Ketua Kelompok A Hidayat, Sekretaris Cecep NM dan para anggota Janani, Emus, Dadang, Aa, Momo, Bacih, dan Lilah.
Pada sosialisasi itu disampaikan apa dan bagaimana program PLKSDA-BM yang akan dilakukan di Desa Cintaasih, selain itu penyampaian hasil keiikutsertaan Ketua Kelompok yang sudah mengikuti pelatihan tentang manajemen kelompok tani di Bandung. Penyuluh Kehutanan Amamt Romidin mengungkapkan bahwa program itu merupakan program penghijuan lahan yang dianggap kritis, maka keterlibatan masyarakat sangat diperlukan, dan bagaimana petani harus bisa memanfaatkan lahan untuk masa depan anak-cucu dan masa depan dunia (global warming/pemanasan global), selain itu juga dibahas pembagian lahan garapan yang sudah dimiliki para petani serta jumlah kebutuhan vegetasi yang sudah tercantum dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Program PLKSDA-BM tahun 2012.
Penyampaian KTPM program Budi juga menyampaikan bagaimana dan apa program tersebut sehingga pemerintah perlu melakukan upaya penghijauan di lahan kritis. Selain itu pelaksanaan program tersebut di lapangan, juga cara pembentukan serta dinamika kelompok yang harus berjalan sesuai dengan program yang sudah direncanakan dari Bangda Mendagri. Muncul pula kesepakatan pembagian hasil seperti yang sudah mucul di tiga desa yang juga mendapat program yang sama seperti di Desa Cintaasih, yaitu setelah nanti berjalan sesuai dengan jadwal maka penghitungan hasil tanaman akan dibagi 70 persen untuk petani penggarap, 20 persen untuk pemilik lahan yaitu desa dan 10 persen untuk kepentinga kelompok tani.
Penyampaian Ketua Kelompok A Hidayat merujuk hasil pelatihan di Bandung pihaknya sangat berharap agar semua penggarap bisa bersinergi melaksanakan program tersebut. Karena dari dari seluruh Jawa Barat hanya dua kabupaten yang memperoleh program tersebut yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Kuningan. Pada tingkat kabupaten pun hanya empat desa berada di tiga kecamatan yang disetujui Bangda. Maka ia pun sepakat seluruh komponen di Desa Citaasih untuk bersama-sama mensukseskan program tersebut hingga tuntas. Sedangkan dari TPM Cintaasih menyampaikan harapan penguatan kelembagaan kelompok dan pemilihan calon bendahara, karena belum juga ada yang bersedia, bahkan para petani yang ditunjuk masih mengaku keengganannya karena kesibukan mengolah lahan serta tanggungjawab yang besar.
Dari kelompok tani pun sempat terlontar beberapa pertanyaan yaitu mengenai bagi hasil dan pemindahtanganan lahan garapan jika terjadi over alih garapan. Juga mengenai berbagai hama yang saat ini menyerang pohon tahunan milik penggarap. Meski pada pokok pertanyaan mereka sepakat untuk mensukseskan program ini. Pada kesempatan itu juga TPM dan kelompok menyepakati pergantian nama kelompok yang baru yaitu Ikatan Kelompok Tani Desa Cintaasih ‘CINTA MUKTI’ dan susunan pengurus harian, koordinasi bidang dan anggota yang seluruh anggota kelompok tani dilibatkan dalam kepengurusan.

Hasil Dampingan Bulan Juli
Mengawali pendampingan bulan Juli, sesuai agenda yaitu kembali menggelar pertemuan pra sosialisasi tingkat desa di Blok Kuntul Selatan yang juga menghadirkan beberapa anggota kelompok tani, penyuluh kehutanan dan TPM. Pertemuan kelomok yang semula bakal digelar di rumah penasehat kelompok akhirnya dipindah ke rumah Sekretaris Kelompok Cecep NM. Pada kesempatan ini hadir Penyuluh Kehutanan Desa Amar Romidin, Ketua Kelompok A. Hidayat Sekretaris Cecep NM dan TPM Desa Cintaasih Nanang Rustandi. Hadir sejumlah petani diantaranya, Olih, Eje, M Awaludin, Badin, Cicah, Budi Arsandi, Maman S, O Rusman, Uho, Suhana, Abdul, Julaeha, dan Anen.
Pada pertemuan itu, Penyuluh Kehutanan Amamt Romidin mengungkapkan bahwa program itu merupakan program penghijuan lahan yang dianggap kritis, maka keterlibatan masyarakat sangat diperlukan, dan bagaimana petani harus bisa memanfaatkan lahan untuk masa depan anak-cucu dan masa depan dunia (global warming/pemanasan global), selain itu juga dibahas pembagian lahan garapan yang sudah dimiliki para petani serta jumlah kebutuhan vegetasi yang sudah tercantum dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Program PLKSDA-BM tahun 2012. Juga muncul soal teknis penanaman dan jarak tanam pada lahan masing-masing penggarap. Juga pendataan ulang petani penggarap serta denah lahan yang masuk dalam program yang sudah dilakukan penyuluh dan TPM.
Penyampaian KTP Nanang Rustandi juga terima kasih atas kedatangan para anggota kelompok yang telah menyempatkan waktu untuk mengikuti pertemuan tersebut. Pada kesempatan itu disamaikan pula bagaimana dan apa program tersebut sehingga pemerintah perlu melakukan upaya penghijauan di lahan kritis. Selain itu pelaksanaan program tersebut di lapangan, juga cara pembentukan serta dinamika kelompok yang harus berjalan sesuai dengan program yang sudah direncanakan dari Bangda Mendagri. Muncul pula kesepakatan pembagian hasil seperti yang sudah mucul di tiga desa yang juga mendapat program yang sama seperti di Desa Cintaasih, yaitu setelah nanti berjalan sesuai dengan jadwal maka penghitungan hasil tanaman akan dibagi 70 persen untuk petani penggarap, 20 persen untuk pemilik lahan yaitu desa dan 10 persen untuk kepentinga kelompok tani.
Penyampaian Ketua Kelompok A Hidayat merujuk hasil pelatihan di Bandung pihaknya sangat berharap agar semua penggarap bisa bersinergi melaksanakan program tersebut. Karena dari dari seluruh Jawa Barat hanya dua kabupaten yang memperoleh program tersebut yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Kuningan. Pada tingkat kabupaten pun hanya empat desa berada di tiga kecamatan yang disetujui Bangda. Maka ia pun sepakat seluruh komponen di Desa Citaasih untuk bersama-sama mensukseskan program tersebut hingga tuntas. Sedangkan dari TPM Cintaasih menyampaikan harapan penguatan kelembagaan kelompok dan pemilihan calon bendahara, karena belum juga ada yang bersedia, bahkan para petani yang ditunjuk masih mengaku keengganannya karena kesibukan mengolah lahan serta tanggungjawab yang besar. Untuk mensinergikan penggarap dan lahan garapan sesuai dengan denah dan peta lahan, dicocokan luas lahan dan nama pemilik lahan garapan dan yang digarapkan pada pihak lain.
Dari kelompok tani pun sempat terlontar beberapa pertanyaan yaitu mengenai bagi hasil dan pemindahtanganan lahan garapan jika terjadi over alih garapan. Pada kesempatan itu juga TPM dan kelompok menyepakati pergantian nama kelompok yang baru yaitu Ikatan Kelompok Tani Desa Cintaasih ‘CINTA MUKTI’ dan menyepakati dan mengesahkan Ketua Kelompok A. Hidayat dan Sekretaris Cecep NM. Adapun susunan pengurus harian, koordinasi bidang dan anggota yang seluruh anggota kelompok tani dilibatkan dalam kepengurusan.
Sebagai kelanjutan pertemuan pra sosialisasi tingkat desa, pada 11 Juli 2012 akhirnya digelar pertemuan sosialisasi tingkat desa yang dihadiri seluruh pengurus dan anggota kelompok, hadir mewakili pihak Kecamatan Gekbrong, Penyuluh Kehutanan, Penyuluh Pertanian, Kepala Desa Cintaasih yang diwakili serta Ketua BPD setempat. Dari hasil pertemuan tersebut muncul berbagai masukan dan saran dari anggota kelompok dan pihak desa, terutama soal surat kepemilikan lahan garapa. Pihak desa menilai dari 51 anggota yang terdata dalam program PLKSDA-BM baru satu orang yang sudah memiliki surat sah penggarap di lahan desa. Maka diharapkan dari pertemuan dan adanya program penghijauan lahan diminta para penggarap menyelesaikan surat garapan sesuai dengan Peraturan Desa (Perdes) Desa Cintaasih yang sudah dikeluarka desa. Maka para penggarap pun memahami atas harapan desa tersebut dan direspon positif semua pihak. Begitupun dengan cara pola tanam dan pembagian bibit apabila setelah program ini berjalan bisa dilaksanakan oleh para penggarap. Begitupun dari para penyuluh dan BPD yang menilai positif atas adanya program PLKSDA-BM di desa tersebut. Pada kesemapatan tersebut penyelenggaraan sosialisasi tingkat desa juga mendapat dukungan dari para mahasiswa yang sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Suryakancana (Unsur) Cianjur. Hasil dari pertemuan juga berhasil memilih bendahara kelompok dengan cara pemilihan demokratis dengan terpilih Asep Anwar sebagai bendahara.

Hasil Dampingan Bulan Agustus
Validasi Data
Pada pelaksanaan pendampingan pada akhir bulan Juli dan awal Agustus, dilaksanakan beberapa program, termasuk validasi data seluruh pelaksanaan pendampingan PLKSDA-BM, pada bulan ini juga Kelompok Tani ‘Cinta Mukti’ Desa Cintaasih, Kecamatan Gekbrong menerima kunjungan Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) tahap pertama dari Tim Ditjen Bina Bangda Kemendagri, Bappeda maupun Dishutbun Kabupaten Cianjur.
Untuk kegiatan pendampingan rutin yaitu melaksanakan pertemuan dan bertatap muka dengan para petani penggarap. Pada minggu pertama di Bulan Agustus dilakukan pertemuan di rumah Ketua Kelompok Tani ‘Cinta Mukti’ A Hidayat yang dihadiri Sekretaris Kelompok Cecep NM dan Bendahara Asep Anwar serta beberapa pengurus untuk membahas tekhnis validasi data yang dimaksud.
Pada kesempatan itu juga dilakukan pendataan ulang anggota kelompok dan penggarap terutama karena garapan banyak yang digarapkan pada orang lain, dengan mengambil keputusan bahwa yang berhak menerima program merupakan penggarap yang saat adanya program tengah menggarap lahan tersebut. Begitupula dengan rencana lokasi sumur serapan di lahan penggarap yang rencananya akan dibuat di lahan yang berdekatan dengan lahan milik Epen, karena lokasinya cukup berjauhan dengan lahan blok selatan. Maka atas saran Budi penggarap, yang kebetulan memiliki lahan yang sudah pernah dilakukan penggalian air bawah tanah dengan kedalaman 20 meter, maka kelompok mempertimbangkan untuk memanfaatkan lubang sumur serapan yang ada untuk kemudian direkomendasikan pada Satker PLKSDA-BM kabupaten. Rencananya penataan air serapan akan dilakukan dengan manajemen yang tertib, terutama pengadaan jaringan listrik untuk mesin penyedot, juga pelibatan keamanan Hansip RT setempat untuk keamanan dan ketertiban keberadaan sumur serapa tersebut. Sumur serapan juga direncanakan untuk kebutuhan warga di Kampung Kuntul, dan sarana ibadah karena kurangnya sarana air bersih di wilayah tersebut.
Pada pertemuan juga dilakukan pendataan ulang luas wilayah dan garapan penggarap. Masukan soal RDKK juga dilakukan pembahasan ulang, dimana kebutuhan untuk jenis tanaman Hutan Rakyat tetap Jabon dan Albasia, sedangkan Kebun Rakyat Rambutan Binjay dan Alpukat. Untuk kebutuhan tanaman Kebun Rakyat Ketua Kelompok memberikan masukan kebutuhan yaitu tanaman Pete sehingga masuk pada rekomendasi kebutuhan. Kebutuhan tanaman Agroforestry tak ada perubahan yaitu Kapolaga, dan Rumput. Terakhir kebutuhan Tanaman Semusim jenis Jagung Manis, Kacang Panjang, dan Kacang Tanah. Pembahasan jarak tanam dan ukuran lubang dan ajir juga sempat dibahas, jarak tanam sesuai dengan buku petunjuk dan konsultan Bangda jarak pohon tahunan dan buah-buahan 10 meter sedangkan untuk jenis tanaman agroforestry dan tanaman semusim diantara jarak tersebut. Ukuran lubang ditetapkan ukuran 40 centimeter persegi dengan kedalaman 40 centimeter. Dibahas pula kesepakatan untuk nyicil pembuatan Surat Izin Menggarap (SIM) dengan perhitungan menyisihkan dari dana Hari Orang Kerja (HOK) yang rencananya akan diberi dari Satker kabupaten. Sedangkan perhitungan pembagian keuntungan ke desa sesuai dengan yang sudah menjadi kesepakatan 70 : 30 persen dengan rincian penggarap 70 persen, desa 20 persen dan kelompok 10 persen. Begitupula dengan keberadaan pembenahan pembagian hasil yang iuran ke desa setiap satu patok (400 meter persegi) sebesar Rp. 20.000,- per tahun juga dibahas, agar tidak ada kesalahpahaman antara penggarap dan desa selaku pemilik lahan pada program ke depannya.

Kunjungan Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Bangda
Usai menggelar pertemuan disepakati juga persiapan menerima kunjungan Tim Monev Bangda, Satker Bappeda Kabupaten Cianjur dan Dishutbun Kabupaten Cianjur ke kelompok tani. Pertemuan rutin juga digelar di rumah penggarap P Budi, karena lokasi rumah yang cukup strategis di lokasi lahan. Pembuatan draft untuk pamplet juga dibuat agar untuk mengetahui aktifitas pertemuan dan pendampingan secara rutin, mingguan, bulanan dan pertemuan rapat koordinasi tingkat kabupaten. Pelaksanaan monev dilaksanakan pada hari, Sabtu, setelah sebelumnya dilakukan koordinasi antara KTPM dan Bappeda tim mengunjungi Desa Cintaasih dan pertemuan digelar di rumah P Budi dengan dihadiri pengurus Kelompok Tani ‘Cinta Mukti’ dan 49 anggota kelompok penggarap. Tim Monev Bangda diantaranya, Haryanto, Ayu Wahyuningrat, Tim-Tim, Egoa, Titi Anisa, dan Lidya. Konsultan PLKSDA-BM Bangda Wilayah Jawa Barat-Bali, Yudi, Yadi, dan Soleh. Satker Bappeda Taopik dan Satker Dishutbun Sukriyadi. Tim dan Kelompok Tetani melakukan tatap muka dengan kelompok tani didampingi Tim Pendamping Masyarakat (TPM). Dilakukan tanya jawab seputar kondisi lahan, kelembagaan kelompok dan pelaksanaan pendampingan.
Tanya jawab dilakukan seputar profil desa wilayah program, keberadaan kelembagaan kelompok dan kondisi lahan. Ketua Kelompok Tani ‘Cinta Mukti’ A Hidayat mengemukakan terima kasih atas adanya program tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan harapan pemerintah. Pihaknya juga sudah mengajak anggota kelompok untuk menggarap sebaik mungkin. Tim Monev sempat menanyakan keluhan selama persiapan pra penanaman serta seluruh kegiatan. Usai bertatap muka seluruh Tim Monev melakukan kunjungan langsung ke lahan untuk membuktikan keberadaan lahan dan kondisinya.
Usai menerima kunjungan monev, upaya validasi data terus dilakukan dengan meninjau langsung lahan serta pendataan anggota kelompok, karena ada beberapa diantaranya terdapat kesalahan tulisan nama dan luas areal garapan. Pengecekan untuk sumur serapan juga dilaksanakan, terutama untuk menentukan di lokasi mana yang pas. Sebelumnya sempat disepakati dengan Satker berlokasi di lahan yang masuk pada lahan garapan Epen, sebab di lokasi yang sama sebelumnya sudah ada bekas sumur. Namun, setelah pendataan ulang ada saran dan masukan dari anggota kelompok terutama dari Pa Budi, jika di lahan miliknya sudah ada bekas penggalian air bawah tanah sedalam 20 meter. Tetapi sumur bor tersebut belum diteruskan karena terbentur dana dan sibuknya aktifitas dia. Setelah ditinjau sumur serapan dengan Satker lalu disepakati lokasi untuk sumur serapan di lokasi tersebut. 
Pada kegiatan pendataan untuk kebutuhan bibit dan lokasi yang akan ditanami. TPM dan kelompok juga membahas saran yang disampaikan dalam setiap pertemuan, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, seperti area tanaman dengan sistem satu blok satu jenis tanaman baik pohon tahunan, maupun jenis buah-buahan. Setelah meminta saran dan masukan dari setiap anggota kelompok disepakati jika jenis tanaman tetap menggunakan pola pertama setiap anggota menanam tanaman sendiri-sendiri, baik kebutuhan pohon maupun buah-buahan. Alasannya, karena ditakutkan ke depan akan ada gesekan antar anggota kelompok soal hasil tanaman, karena semua anggota bisa saja mengklaim memiliki, dan mengambil hasil sekehendak sendiri, meski bukan di lahan sendiri.

Rakor dengan Konsultan Bangda
Memasuki minggu ketiga Agustus, untuk meningkatkan kafasitas Tim Pendamping Masyarakat (TPM) digelar pertemuan dengan Konsultan Bangda Pa Yudi dan Pa Soleh di bask camp BTN Joglo Cianjur. Sambil melaksanakan buka bersama, pertemuan dan tanya jawab berlangsung hingga tiga jam. Adapun masukan terutama masalah pola tanam per blok dan jarak tanam dan pelubangan. Kesiapan penanaman sistem blok dikembalikan pada kesiapan masing-masing kelompok, dengan membuat berita acara pada setiap kesepakatan. Begitupula dengan jarak tanam yang disarankan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petujuk tekhnis (juknis) dari Bangda 10 meter untuk jenis pohon dan buah-buahan, dengan diselingi tanaman musiman. Mencuat pula sistem bagi hasil antara penggarap dan pihak desa. Setiap TPM diminta untuk menceritakan kondisi geografis dan sejarah serta komitmen antara penggarap dan pihak pemilik tanah yaitu desa.

)*  TPM PLKSDA-BM Koptan Cintamukti Desa Cintaasih Kec. Gekbrong, Kab. Cianjur


Rabu, 22 April 2015

Foto Kondisi Bibit yang Diterima Koptan Cintaasih







LAPORAN PENDAMPINGAN TPM


LAPORAN PENDAMPINGAN TPM KOPTAN CINTAMUKTI DESA CINTAASIH KEC. GEKBRONG KAB. CIANJUR
PROGRAM PLKSDA-BM TAHUN 2012

MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN ADALAH :

a.       Sebagai bentuk tanggung jawab dan tugas pendampingan yang dilakukan oleh TPM Program Tahun 2012.
b.      Sebagai bentuk penyampaian informasi kondisi lokasi program PLKSDA-BM pada periode tahun kedua.
c.       Sebagai bahan acuan dan rekomendasi pihak-pihak terkait dalam pengelolaan lahan kritis, khususnya pelaksanaan PLKSDA-BM di Kabupaten Cianjur.

RUANG LINGKUP KEGIATAN :
Ruang lingkup kegiatan pendampingan dalam rangka pemberdayaan meliputi beberapa aspek diantaranya :
1.      Aspek Kelembagaan :
Pada pendampingan periode kedua ini masih terus dilakukan penguatan institusi kelembagaan, penguatan kapasitas dan managerial organisasi, dan penguatan partisipasi anggota dalam organisasi.
2.      Aspek Sipil Teknis
Peningkatan teknis lahan, operasional dan pemeliharaan bibit. Selain itu pendampingan juga diarahkan pada penguatan aspek teknis perkebunan rakyat sebagai percontohan. Selain itu managerial produksi, pemasaran dan managerial usaha tani.
3.      Aspek Sosial Ekonomi
Terus mendorong dan memotifasi dengan merubah paradigma dan pola berpikir petani melalui penguasaan managemen usaha, peluang pasar dan akses modal, dimana diharapkan adanya perubahan prilaku petani yang asalnya pasif menjadi aktif dalam mengelola dan managemen usaha taninya.
REALISASI KERJA
1.      Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan
Sesuai dengan tahapan dan jadwal baik pada program lama (memasuki periode tahun kedua) terus dilakukan pendampingan baik kelembagaan maupun sipil tekhnis. TPM juga melakukan koordinasi persiapan dan pemeliharaan untuk lahan tambahan seluas 5 hektar Kelompok Tani Cintamukti Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong Cianjur, dengan adanya itu pendamping berkonsultasi dengan Satuan Kerja (Satker) Bappeda dan Dishutbun. Selain itu lewat masukan dan bimbingan Konsultan Tekhnis Bangda bahwa tambahan 5 hektar masuk pada program lama, baik dari kelembagaan maupun pengelolaan tekhnis. Hal itu juga berdasarkan hasil musyawarah kelompok dan desa.

PERMASALAHAN
Untuk lahan program tahun 2012 seluas 10 hektar dan memasuki periode tahun kedua ada beberapa permasalahan yang muncul :
1.    Sejak akhir tahun 2012 dimana pengiriman saprodi dan bibit banyak yang tidak sesuai dengan rencana dan harapan petani, meski pada akhirnya ada pergantian bibit dengan jumlah sesuai dengan perintaan petani. Pada waktu itu sempat terjadi kekecewaan di tingkat petani meski sudah diluruskan kalau program 2012 sangat mepet dengan perencanaan program.
2.    Kondisi pembentukan kelompok tani yang masih baru, sehingga kepengurusan masih belum epektif meski secara perlahan bisa memahaminya.
3.    Masyarakat yang masih malu-malu sehingga belum efektif dalam berkomunikasi.
4.    Ada sebagian petani anggota kelompok yang masih belum memiliki rasa memiliki dan paham akan program, sehingga ada yang sebagian bibit ditanam di lokasi yang belum masuk program tahun 2012.
5.    Sipil tekhnis pengadaan sumur siraman yang hingga kini keberadaanya masih belum epektif, sebab ada harapan dari petani saat pihak Bangda melaksanakan monev ke Koptan Cintamukti Gekbrong siap membantu pengadaan bak penampung, namun hingga kini belum terwujud. Sehingga terkesan dibiarkan dan masih belum bisa mewujudkan harapan para petani.
ANALISIS PERMASALAHAN
a.    Keluhan soal bibit pada program 2012 sudah ditanggapi dengan pengadaan bibit baru, meski jumlahnya tidak sesuaia dengan RAB awal.
b.   Kelompok tani dilakukan peningkatan penguatan melalui berbagai kegiatan dan pertemuan baik oleh TPM, Satker dan Konsultan Bangda.
c.    Komunikasi secara rutin dengan TPM serta pemberian pemahaman terus menerus sehingga petani paham program PLKSDA-BM.
d.   Diberikan pemahaman akan manfaat adanya tambal sulam bagi pemilik lahan yang sudah penuh, sehingga pohon yang sudah ada tidak usah ditebang, tetapi dengan sendirinya setelah besar, bisa digantikan dengan pohon dari program PLKSDA-BM
e.    TPM dan Koptan terus melakukan koordinasi dengan Satker yang awalnya dijanjikan untuk pengadaan bak penampung akan masuk pada anggaran ajuan perubahan (APBD) perubahan (ABT), tetapi dengan kondisi keuangan pemerintah hingga kini masih belum terealisasi. Begitupun pengajuan pada pihak Bangda lewat berbagai kegiatan terus disampaikan.

TPM Koptan Cintamukti
Desa Cintaasih Kec. Gekbrong Kab. Cianjur



ttd

             Nanang Rustandi

Koptan Cintamukti Cintaasih Panen Tanaman Semusim



Nanang Rustandi MH)*

SEJAK dimulai penanaman program ini, anggota kelompok sudah melakukan penanaman tanaman semusim, meski dalam pelaksanaan Program Penanganan Lahan Kritis Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM), khususnya di Kelompok Tani Cinta Mukti Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur ini, tidak tepat sesuai jadwal.
Penanaman tanaman semusim baru bisa dilaksanakan pada bulan Desember 2012 akhir. Sebab, pada waktu penanaman tanaman pohon-pohonan dan buah-buahan juga sempat terjadi pemunduran waktu yang seharusnya pada bulan Oktober dan November 2012, namun akhirnya dilaksanakan pada akhir Desember 2012.
Pemunduran waktu ini juga berimbas pula pada pola tanaman petani yang tidak serempak. Ada beberapa petani yang sudah dari awal menanam dengan pola tanam yang sudah biasa dilakukan, seperti Jagung, Kacang Tanah, Cabe, Jahe, Kacang Panjang, Ubi Jalar, Singkong, Terung, Mentimun, Pisang, dan lain sebagainya. Sebab, prinsif petani tidak harus selalu mengikuti jadwal dari program, selain karena sudah jadi kebiasaan pendapatan sehari-hari dari tanaman semusim, juga karena dipastikan tak tepatnya waktu penerimaan bantuan bibit program PLKSDA-BM tahun 2012.
Dari sebanyak 52 anggota Kelompok Tani Cinta Mukti Desa Cintaasih, Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur, hanya sekitar 20 orang saja yang mendapatkan bantuan tanaman semusim. Selain karena terbatas jumlah bibit yang diterima petani, ada sebagian juga yang menolak bantuan bibit tanaman semusim. Rendahnya kualitas bibit dapat dipastikan petani akan merubah pola tanaman yang sudah mulai ditanaman semenjak bulan 5 sampai bulan 6, sehingga apabila yang sudah ada diganggu, maka kualitas tanamanpun akan rusak (pundung bahasa sunda).
Dari tiga jenis bibit tanaman semusim yang diterima Koptan Cinta Mukti Cintaasih, pada program PLKSDA-BM, diantaranya Kacang Tanah, Jagung dan Kapolaga, hanya dua jenis tanaman semusim yaitu Jagung dan Kacang Tanah yang paling dinanti petani. Meski untuk jenis Kapolaga juga ditanam pada lokasi lahan yang masih kosong. Petani beranggapan kalau Kapolaga bisa memakan waktu dua atau tiga tahun untuk bisa dipetik hasilnya.
Jumlah tanaman semusim seperti Jagung yang diterima Kelompok Cinta Mukti Desa Cintaasih Gekbrong Cianjur ini hanya 5 kilogram dan bibit kacang tanah sebanyak 20 kilogram. Anggota kelompok yang menerima bibit Jagung itu antara lain, H Muhtar 1 kilogram, Bah Oha 2 kilogram, Julaeha 1 kilogram dan Anom 1 kilogram. Minimnya jatah bibit jagung yang diterima petani membuat tak semua petani bisa menanam tanaman semusim. Meski jatah tersebut bena-benar diberikan pada anggota kelompok yang dijamin akan ditanamn.
Selain sedikit, kualitas bibit jenis jagung yang diterima juga tak memadai, ya karena lokal. Hal itu diakui Ketua Kelompok A Hidayat (Pa Alit). Ia membandingkan hasil dari kualitas jagung yang baik dengan kualitas jagung yang kurang bagus. Menurutnya, seperempat kilogram jenis jagung yang bagus, akan menghasilkan ratusan kilogram jagung. Merk bibit jagung yang diterima itu bernama ‘Jambore’. Padahal kata dia ada jenis bibit yang bagus yaitu dari merk ‘Talenta’, ‘Hawai’ atau ‘Golden’.
Begitu juga untuk bibit tanaman semusim Kacang Tanah juga hanya mendapat jatah 20 kilogram dengan jenis bibit merk ‘Anoa’. Maka hasilnya pun tak maksimal, dari 5 kilogram hanya jadi 60 kilogram, dari 3 hanya jadi 22 kilogram. Hasil dari panen tanaman semusim kacang tanah ini atas inisiatif kelompok, maka dibibitkan kembali dengan cara dijemur agar kering untuk kembali dijadikan bibit.
Bibit Kacang Tanah yang dapat antara lain, Ma Ehoy 1 kilogram, Anom 1 kilogram, Harun 3 kilogram, A Hidayat 3 kilogram, H Muhtar 5 kilogram, H Cicah 1 kg, Badin 1 kg, Asep Anwar 1 kg, Odih 1 kg, Jali 1 kg, Ikin 1 kg, Abdul 1 kg. Para petani juga mengakui, jika pola tanam kacang tanah ditanam bukan pada waktunya, imbasnya bukan hanya dari hasil panen yang minim, tanaman juga banyak yang terkena hama kuuk atau ulat tanah, sehingga panen banyak yang gagal.
Menurut aturan seharusnya tanaman kacang tanah baiknya ditanam pada bulan 8,9 dan 10 tahun 2012. Karena hujan pertama pada bulan 8, kalau ada hujan waktu yang tepat pada bulan 9 dan 10 paling telat, tetapi pada tahun ini melebihi dari jadwal yang bukan saatnya menanam.
Adapun hasil dari panen para petani seperti yang dialami H Muhtar dari bibit jagung sebanyak 1 kilogram, hasilnya 250 kilogram dengan harga jual Rp 2000 per kilogramnya. Selain jagung dia juga menanam kacang tanah yang asalnya 5 kilogram membuahkan hasil sebanyak 65 kilogram. Begitu juga A Hidayat yang menanam bibit kacang tanah sebanyak 3 kilogram menghasilkan 625 kilogram. Epon yang menaman bibit jagung sebanyak 2 kilogram, tetapi alasan kualitas bibit dan kondisi unsur hara tanah yang kurang baik, sehingga ia alami puso putih. Namun, tak begitu bagi Anom yang menanam bibit jagung 1 kilogram, setelah bibit disortir hanya terpilih setengah kilogram bibit yang layak ditanam. Hasil setelah panen sebanyak 150 kilogram yang jual Rp. 2000 per kilogramnya.
Begitupun dengan Julaeha yang mendapat bibit jagung sebanyak 1 kilogram dan setelah panen menghasilkan 150 kilogram. Ayi juga tanam 1 kilogram kacang tanah dan setelah panen jadi 13 kilogram. Sedangkan para petani yang belum panen diantaranya, Cicah, Harun dan Ikin.
Meski begitu para petani, khususnya kelompok PLKSDA-BM mengakui meski pola tanam tanaman semusim tak maksimal, dan kualitas bibit yang masih jauh dari harapan, akan tetapi bisa menikmati hasil yang cukup lumayan. Para petani berharap ke depan pemeritah, Ditjen Bangda Kemendagri, Bappeda Kabupaten Cianjur dan Dinas Kehutanan Kabupaten Cianjur dapat memfasilitasi kebutuhan penghijauan, khususnya pada tanaman semusim dapat lebih maksimal lagi. Keuntungan pun tak hanya bisa dirasakan petani juga pemerintah.(Ditulis Oleh TPM Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur)