Sekelumit Perjalanan
Tim Pendamping Masyarakat
Desa Cintaasih Cianjur
Oleh : *) Nanang Rustandi
Program Penanganan Lahan
Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM) merupakan program
pemerintah yang memanfaatkan lahan-lahan kritis agar lebih produktif sehingga
dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Perlu diketahui bahwa penanganan lahan
kritis dan SDA merupakan permasalahan yang multi kompleks, hal ini terkait
dengan penanganan lintas sektor mulai dari kehutanan, sumber daya air dan
pertanian, serta kesetaraan pengelolaan sumberdaya alam mulai dari hulu, tengah
dan hilir.
Penurunan kualitas (degradasi)
sumberdaya hutan dan lahan serta sumber daya air semakin meningkat. Peningkatan
ini ditandai dengan semakin bertambah luas lahan kritis dan peningkatan nilai
kekritisan lahan di berbagai wilayah, baik di kawasan hutan maupun di luar
kawasan hutan (areal milik masyarakat). Selain itu juga terjadi ancaman
degradasi dan kekurangan air pada musim kemarau serta fenomena banjir pada musin
hujan.
Deforestasi dan degradasi lahan dan
hutan tersebut saat ini telah menjadi keprihatinan banyak pihak dan telah
menimbulkan dampak negatif antara lain banjir, kekeringan, dan tanah longsor
yang sangat merugikan masyarakat. Kondisi ini diperparah oeh belum terciptanya
mekanisme insentif yang adil dan intergratif antara hulu-tengah-hilir dalam
kesetaraan pengelolaan sumberdaya alam.
Pelaksanakan program pengembangan
penanganan lahan kritis dan sumber daya air berbasis masyarakat, tidak hanya
memperhatikan kepada aspek lingkungan hutan, tanah dan air saja , akan tetapi
memperhatikan juga aspek masyarakat yang dalam lingkar lingkungan tersebut.
Jika perilaku pelaku ekosistem tidak dilibatkan sejak awal dalam pengembangan
penanganan lahan kritis, maka pemanfaatan sumber daya air yang melampui daya
dukung lahan akan mengalami kerusakan dan terjadi degradasi lapisan tanah yang
pada akhirnya dapat membahayakan fungsi hidrologi, produktivitas lahan, tata
air dan dapat mempengaruhi sosial ekonomi sehingga pengentasan kemiskinan akan
sulit untuk dilakukan.
Program ini menggunakan APBN dan sebagai
leading sector-nya adalah Ditjen Bina Bangda Kemendagri.nPelaksanaan program tahun
2012 ini, di Propinsi Jawa Barat, dilaksanakan di dua kabupaten yaitu Kabupaten
Kuningan dan Cianjur. Sebagai lokasi program, Kabupaten Cianjur ditempatkan di
empat lokasi, Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong, Desa Sukamantri Kecamatan
Bojongicung dan Desa Desa Salamnunggal dan Desa Karangnunggal Kecamatan
Cibeber.
Sebagai pendamping hanya yang
menjalankan fungsi sosialisasi, fasilitasi, monitoring, evaluasi, pendampingan
teknis dan non teknis, analisis dan motivasi hanyalah ban serep dari pelaksana
utama yaitu petani penggarap. Pelaksanaan itu perlu ada kemauan dan komitmen
bersama secara terpadu karena system utama pelaksanaan kegiatan ini adalah
partisipatif.
Hasil Pendampingan Bulan Mei
Pada awal bulan Mei 2012 Tim Pendamping Masyarakat (TPM) menandatangani kontrak serta
mendapatkan bimbingan dari konsultan
Pembangunan Daerah Kementrian Dalam Negeri (Bangda Kemendagri) tentang Program
Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM), selanjutnya TPM melakukan konsolidasi
dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten
Cianjur terkait dengan pelaksana teknis.
TPM juga bersosialisasi
ke aparatur Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong serta
pengurus inti Kelompok Tani semula diprakarsai bapak Oha Rusman. Untuk menemui para
petani juga didampingi Koordinator Penyuluh Kehutanan Kecamatan Gekbrong Manuri
dan Penyuluh Kehutanan Amar Romidin, S.SP, setelah melakukan sosialisasi selama
dua pekan, akhirnya mendapat kesimpulan, jika kelompok tani yang ada sebelumnya
dan dirikan pada tahun 2003 dipimpin Oha Rusman bernama Kelompok Tani Kuntul
‘Mekar Asih’, sulit untuk dikembangkan. Hal itu juga berdasarkan keterangan
dari ketua Oha yang mengaku sudah tua, sehingga kelompok itu tidak aktif sejak
berdirinya. Maka atas inisiatif Penyuluh Kehutanan dan TPM perlu dibentuk
kelompok tani baru. Hasilnya para tokoh tani dan aparatur desa setempat memilih
nama A. Hidayat (Pa Alit) untuk memimpin kelompok tani baru dalam program
PLKSDA-BM di desa tersebut.
Hasil dari koordinasi,
akhirnya A. Hidayat menyanggupi untuk memimpin sementara kelompok tani yang
didampingi Sekretarisnya Cecep NM. Usai melaksanakan pertemuan pertama kelompok
tani pada 20 Mei 2012 maka menyepakati pembentukan kelompok tani baru dengan
nama ‘Kelompok Tani Desa Cintaasih ‘Cinta Mukti’.
Dalam perkembanganya,
TPM bersama kelompok tani sementara melakukan pemetaan lahan dibantu Penyuluh
Kehutanan, dan mendata vegetasi tanaman yang ada di lahan petani penggarap
program.
Selain itu pada,
Senin 21 Mei 2012 sekitar pukul 10.00 WIB berkunjung ke kantor Desa Cintaasih di Kampung Kuntul
diterima oleh staf dan sekretaris desa. Tujuan kedatangan dari penyuluh
kehutanan Dishut Kabupaten Cianjur dipimpin Deddy Muthalib, SP, Manuri dan Amar Romidin S, SP juga
Tim Pendamping Masyarakat (TPM) Desa Cintaasih
Nanang Rustandi. Setelah
berbincang dan meminta data dari sekretaris desa dan staf, muncul data nama
calon anggota kelompok hasil revisi dari data yang sudah ada. Begitupun
tanggapan dari desa soal tugas pokok dan kegiatan desa di berbagai bidang
sebagai desa calon penerima program PLKSDA-BM.
Usai mencocokan data, tim langsung
menuju rumah Ketua Kelompok Pak Oha yang lokasinya tak jauh dari bale desa.
Kunjungan ternyata hanya diterima istrinya dan menunjukan jika Pa Oha berada di
ladang. Usai bertemu Pa Oha, langsung meminta untuk bisa bertemu dengan
perwakilan anggota kelompok tani hutan desa. Tidak lama akhirnya menggelar
pertemuan di rumah rangkai milik Anom Suganda. Calon anggota kelompok yang
hadir diantaranya, Pa Oha, Mas Sodikin, Anom Suganda, Suhanda, Julaeha dan Komariah.
Dari hasil perbincangan santai muncul
kondisi lingkungan sekitar hutan dan harapan ke depan. Gambaran umum aktifitas
warga penggarap lahan desa diantaranya, belum adanya jenis pohon serta tumpang
sari yang tetap bagi penggarap. Sebab, curah hujan dan kebutuhan secara ekonomi
akan tanaman pohon diserahkan pada masing-masing penggarap. Adapun curah hujan
dalam satu musim, satu bulan dan minggu tidak bisa diprediksi dan tidak
menentu. Namun, musim tanam kebanyakan dimulai pada bulan pertama dan musim panen
pada akhir tahun bulan pada bulan 11 dan 12. Kebanyakan saat ini warga menanam
tanaman palawija seperti jagung, cabai, ubi
dan tanaman musiman lainnya. Tidak ada yang menaman padi huma. Khusus
untuk jenis tanaman ubi dan cabai dimulai pada bulan Desember dan Januari,
karena tanaman cabe harus memiliki curah hujan yang tinggi. Adapun panen
dilakukan pada bulan Februari dan Oktober atau kurang lebih tiga bulan. Namun
sebagian warga juga tidak bisa menentukan jenis tanaman yang ditanam karena
sesuai kondisi cuaca.
Hasil perbincangan dengan penggarap lahan :
Mas
Sodikin (38), petani lulusan STM Solo, yang kini
tinggal di Kampung Kuntul RT 01 RW 03 Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong beraktifitas sebagai tani dan kuli bangunan. Jika mengisi waktu luang ia
juga berbisnis kayu dan apa saja kerjaan bangunan. Dalam bekerja tidak bisa
ditentukan waktunya, bertani sendiri dimulai pada hari agung atau bulan
syawal/bulan haji, pada bulan Oktober dan November. Kalau kosong kadang-kadang sebulan
musim tanam September dan Oktober. Kalau tidak sedang bertani suka apa yang bisa dikerjakan seperti membuat
pesanan kusen, gulung dinamo dan
pekerjaan tower. Bertani musiman ubi sebesar Rp. 600 ribu dijadikan modal
pekerja, tapi Jagung sulit, ubi paling jelek bisa meraup keuntungan sebesar Rp.
1.500.000.
Sedangkan, rata-rata penghasilan per hari
dari bekerja kuli bangunan sebesar Rp. 50 ribu. Kalau bertani ubi modal sebesar
Rp. 600 ribu untuk tiga bulan panen. Rata-rata bekerja dan bertani 10 bulan dalam
setiap tahunya (Jumat libur). Hitungan penghasilan (10 bulan, 26 x 100 x 260 x
50 ribu = Rp. 13 juta per tahun). Kalau
dirata-ratakan penghasilan per bulan Rp. 1.100.000. Untuk menjual cabai, bisa
menghasilkan 1 ton 2 kwintal, dengan
harga Rp. 2500 per kilogram jadi hasilnya sebesar Rp. 3.000.000 pertahun jadi
penghasilan pertahun bisa mencapai Rp. 16 juta.
Anom
Suganda (40) tani dan kuli bangunan, kuli bangunan
jarang diajak jadi nganggur. Jadi bingung, satu hari hanya memperoleh Rp. 20
ribu, tapi adakalanya nganggur, juga ikut maro domba milik orang.
Suhanda
(50) dan istrinya Julaeha (43) bertani
kecil-kecilan yaitu bertani jagung, yang harganya tak menentu, kadang belum
terjual, murah jagung kalau sedikit. Hasil bertani jagung sulit dikalkulasikan
penghasilan antara Rp. 100 hingga Rp. 200 ribu per hari. Kalau sehat ngurus
domba, dari mana itu dari kalkulasikan tidak pasti, kalau lagi bagus harga jual
tani bagus, kalau sedikit nggak ada sama
sekali. Adakalanya bertani cabe yang harga jualnya bisa mencapai Rp. 10 ribu
per kilogram bisa dapat 1 ton dengan keuntungan Rp. 10 juta per satu musim,
meski adakalanya tidak satu musim. Mengolah cabe lama, mulai semai hingga panen
kurang lebih delapan bulan, empat bulan ke sana panen. Asumsi pendapatannya mencapai
Rp. 1.800.000 perbulan.
Komariah
(50) kuli sudah tidak kuat, tapi aktifitas
sehari-hari jualan gorengan dengan sekemampuannya. Berdagang adakalnya suka
dapat dan tidak. Jumlah gorengan yang dijual sistem paking antara 30 sampai 40
buha. Namun adakalanya tidak jualan. Pengahasilan rata-rata Rp. 450 ribu per
bulan dihitung 10 bulan. Ia mengaku sangat kekurangan modal untuk mengembangkan
usahanya tersebut.
Pak
Oha (65) anggota kelompok yang tercatat sebanyak 51
orang, dengan latarbelakang aktivitas berbeda-beda, namun kebanyakan bertani
dan sebagian berdagang. Pak Oha mengaku sering ikut pelatihan, ikut pelatihan
ulat sutra. pelatihan perkebunan (kopi) PLA di Gekbrong. Meski di kelompoknya
belum ada pelatihan. Pingin pelatihan Ubi Cilembu Subang, dan pelatihan apa
yang diinginkan bagi para pemuda garapan. Hasil min modal jutaan sampai Rp. 10
ribu. Motor puluhan juta, pemuda banyak pelatihan meski intinya modal,
pelatihan ada sekitar 20 orang pemuda dilatih bengkel tehnik tapi yang harus
ada lokasi, dari Depnaker Jawa Barat. Pemuda punya potensi di Desa Cinta Asih.
Ke pertanian pingin program apa? Tehnik bertani, jenis jamur pingin juga jamur
jerami. Tempatnya di rumah ketua kelompok Pa Oha yang berminat dari berapa
orang anggota untuk pelatihan. Namun ada kelemahan dalam berkelompok segan dan
kelompok akan dibentuk untuk memotivasi dinamika kelompok, karena kurang
kompak. Masalah konservasi tanah membuat sengkedan, sumur resapan dan dua kali
gagal. Budidaya jamur, ternak itik tahun pertama kalau tahun ke dua hewan
domba. Bisa juga pelatihan dan kebutuhan alat mesin bubud dan pembuat baud.
Kondisi air cukup sulit didapat.
Hasil Dampingan Bulan Juni
Usai melakukan koordinasi dan pertemuan awal bertatap
muka dengan para petani, TPM, Penyuluh Kehutanan dan Ketua Kelompok Tani
sementara selanjutnya menyepakati melakukan survei lapangan dengan meninjau
langsung batas-batas lahan garapan petani, vegetasi dan kondisi kemiringa serta
lahan penggarap program PLKSDA-BM. Lahan penggarap yang berada di kawasan milik
tanah/carik Desa Cintaasih luasnya hampir mencapai 43 hektar dengan 99 persen
lahan darat yang berbatasan dengan tanah milik dan perkebunan teh milik swasta.
Dari hasil peninjauan ke lapangan hampir 40 persen lahan sudah ditanami pohon
produksi yang sudah dinilai hijau seperti albasia, sengon,
jabon, kopi, cengkeh, teh, karet, dan pala. Sedangkan
60 persen masih berbentuk lahan kosong dan hanya ditanami umbi-umbian dan
tanaman semusim dan buah-buahan diantaranya, mangga,
alpokat, rambutan, jeruk, pepaya, durian, sawo, pisang. Hortikultura, jagung,
padi sawah, padi ladang, tomat, mentimun, buncis, terong. Palawija, Ubi Kayu,
Ubi Jalar, Singkong, dan Kacang Panjang.
Peninjauan langsung ke lapangan dan pemetaan lahan karena
wilayah Kuntul terbagi dua dan dibatasi jalan desa, maka pembagian blok menjadi
dua yaitu Blok Utara dan Blok Selatan. Blok Utara kondisi lahanya relatif
sebagian sudah hijau, meski kondisi gundul masih terjadi di beberapa sudut
lahan. Terdapat satu saung pertemuan petani milik Ketua Kelompok Penggarap A.
Hidayat. Sebagian lahan di bagian utara merupakan wilayah perkampungan berupa
rumah warga dan fasilitas pendidikan seperti sekolah dan unit usaha desa (KUD).
Lahan di utara juga berbatasan dengan lahan perkebunan teh swasta di areal ini
terdapat beberapa penggarap sebagai penjual buah pisang dan tanaman palawija
lainnya, juga ada petani yang memelihara ternak domba, ayam dan lainnya. Adapun
tingkat kemiringan tanah di areal ini tidak terlalu curam atau sekitar 40
derajat dengan penyangga sengkedan sudah cukup dikelola dengan baik oleh
petani.
Begitpun pada survei di blok garapan Kuntul Selatan, juga
dilakukan pemetaan dan melihat batas lahan, lahan di blok selatan hampir 50
persen mengalami gundul atau banyak lahan kosong yang hanya ditanami palawija
dan beberapa sudah mulai menanam pohon tahunan yang baru beberapa bulan
ditanam. Di beberapa lahan terdapat tanaman pohon yang sudah bagus dan di lahan
lainnya tampak gundul. Kemiringan di blok selatan mencapai 60 derajat dan
tingkat vegetasi yang terbatas. Kekurangan dan sulitnya air serapan di lokasi
ini sangat terasa, meski pohon dan palawija tanaman semusim masih bisa tumbuh
seperti Jagung dan Singkong, umbi-umbian juga mengandalkan air hujan, karena
lahan tadah hujan. Sedangkan di pinggir lahan garapan terdapat perkampungan
warga yang juga mengaku di lokasi ini warga cukup kesulitan air bersih dan jika
harus membuat lubang sumur harus mencapai 15 meter. Ada beberapa bak
penampungan air yang sudah tersedia dari program pengadaan air yang lain,
tetapi dari empat bak yang ada kondisinya tidak terpakai dengan baik, meski
pipa dan selang yang ada masih dalam kondisi baik. Di lahan ini ada satu bangunan
kosong yang disarankan petani untuk dijadikan tempat pertemuan kelompok setelah
program ini berjalan, bangunan tersebut juga milik desa dengan kondisi kosong
dan sudah rusak parah.
Pada minggu kedua pendampingan dilakukan dengan cara
menggelar pertemuan dengan sejumlah petani penggarap di blok utara atau
pertemuan kelompok pra sosialisasi tingkat desa. Pertemuan dilakukan di rumah
Ketua Kelompok A. Hidayat dengan dihadiri sejumlah petani, adapun yang hadir
saat itu diantaranya Penyuluh Kehutanan Desa Cintaasih Gekbrong Amar Romidin,
Koordinator TPM Budi, TPM Cintaasih Nanang Rustandi, TPM Sukaratu Kecamatan
Bojongpicung Cecep, TPM Desa Karangnunggal Kecamatan Cibeber Jalaludin, dan TPM
Desa Salamnunggal Kecamatan Cibeber Astri Nopianti, dari pihak Kadus diwakili
ibu Kadus Rani dan pihak desa Dadan. Sedangkan dari pihak petani Ketua Kelompok
A Hidayat, Sekretaris Cecep NM dan para anggota Janani, Emus, Dadang, Aa, Momo,
Bacih, dan Lilah.
Pada sosialisasi itu disampaikan apa dan bagaimana
program PLKSDA-BM yang akan dilakukan di Desa Cintaasih, selain itu penyampaian
hasil keiikutsertaan Ketua Kelompok yang sudah mengikuti pelatihan tentang
manajemen kelompok tani di Bandung. Penyuluh Kehutanan Amamt Romidin
mengungkapkan bahwa program itu merupakan program penghijuan lahan yang
dianggap kritis, maka keterlibatan masyarakat sangat diperlukan, dan bagaimana
petani harus bisa memanfaatkan lahan untuk masa depan anak-cucu dan masa depan
dunia (global warming/pemanasan global), selain itu juga dibahas pembagian
lahan garapan yang sudah dimiliki para petani serta jumlah kebutuhan vegetasi
yang sudah tercantum dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Program
PLKSDA-BM tahun 2012.
Penyampaian KTPM program Budi juga menyampaikan bagaimana
dan apa program tersebut sehingga pemerintah perlu melakukan upaya penghijauan
di lahan kritis. Selain itu pelaksanaan program tersebut di lapangan, juga cara
pembentukan serta dinamika kelompok yang harus berjalan sesuai dengan program
yang sudah direncanakan dari Bangda Mendagri. Muncul pula kesepakatan pembagian
hasil seperti yang sudah mucul di tiga desa yang juga mendapat program yang
sama seperti di Desa Cintaasih, yaitu setelah nanti berjalan sesuai dengan
jadwal maka penghitungan hasil tanaman akan dibagi 70 persen untuk petani
penggarap, 20 persen untuk pemilik lahan yaitu desa dan 10 persen untuk
kepentinga kelompok tani.
Penyampaian Ketua Kelompok A Hidayat merujuk hasil
pelatihan di Bandung pihaknya sangat berharap agar semua penggarap bisa
bersinergi melaksanakan program tersebut. Karena dari dari seluruh Jawa Barat
hanya dua kabupaten yang memperoleh program tersebut yaitu Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Kuningan. Pada tingkat kabupaten pun hanya empat desa berada di
tiga kecamatan yang disetujui Bangda. Maka ia pun sepakat seluruh komponen di
Desa Citaasih untuk bersama-sama mensukseskan program tersebut hingga tuntas.
Sedangkan dari TPM Cintaasih menyampaikan harapan penguatan kelembagaan
kelompok dan pemilihan calon bendahara, karena belum juga ada yang bersedia,
bahkan para petani yang ditunjuk masih mengaku keengganannya karena kesibukan
mengolah lahan serta tanggungjawab yang besar.
Dari kelompok tani pun sempat terlontar beberapa
pertanyaan yaitu mengenai bagi hasil dan pemindahtanganan lahan garapan jika terjadi
over alih garapan. Juga mengenai berbagai hama yang saat ini menyerang pohon
tahunan milik penggarap. Meski pada pokok pertanyaan mereka sepakat untuk
mensukseskan program ini. Pada kesempatan itu juga TPM dan kelompok menyepakati
pergantian nama kelompok yang baru yaitu Ikatan Kelompok Tani Desa Cintaasih ‘CINTA MUKTI’ dan susunan pengurus harian, koordinasi bidang dan
anggota yang seluruh anggota kelompok tani dilibatkan dalam kepengurusan.
Hasil Dampingan
Bulan Juli
Mengawali pendampingan bulan Juli, sesuai agenda yaitu
kembali menggelar pertemuan pra sosialisasi tingkat desa di Blok Kuntul Selatan
yang juga menghadirkan beberapa anggota kelompok tani, penyuluh kehutanan dan
TPM. Pertemuan kelomok yang semula bakal digelar di rumah penasehat kelompok
akhirnya dipindah ke rumah Sekretaris Kelompok Cecep NM. Pada kesempatan ini
hadir Penyuluh Kehutanan Desa Amar Romidin, Ketua Kelompok A. Hidayat
Sekretaris Cecep NM dan TPM Desa Cintaasih Nanang Rustandi. Hadir sejumlah
petani diantaranya, Olih, Eje, M Awaludin, Badin, Cicah, Budi Arsandi, Maman S,
O Rusman, Uho, Suhana, Abdul, Julaeha, dan Anen.
Pada pertemuan itu, Penyuluh Kehutanan Amamt Romidin
mengungkapkan bahwa program itu merupakan program penghijuan lahan yang
dianggap kritis, maka keterlibatan masyarakat sangat diperlukan, dan bagaimana
petani harus bisa memanfaatkan lahan untuk masa depan anak-cucu dan masa depan
dunia (global warming/pemanasan global), selain itu juga dibahas pembagian
lahan garapan yang sudah dimiliki para petani serta jumlah kebutuhan vegetasi
yang sudah tercantum dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Program
PLKSDA-BM tahun 2012. Juga muncul soal teknis penanaman dan jarak tanam pada
lahan masing-masing penggarap. Juga pendataan ulang petani penggarap serta denah
lahan yang masuk dalam program yang sudah dilakukan penyuluh dan TPM.
Penyampaian KTP Nanang Rustandi juga terima kasih atas
kedatangan para anggota kelompok yang telah menyempatkan waktu untuk mengikuti
pertemuan tersebut. Pada kesempatan itu disamaikan pula bagaimana dan apa
program tersebut sehingga pemerintah perlu melakukan upaya penghijauan di lahan
kritis. Selain itu pelaksanaan program tersebut di lapangan, juga cara
pembentukan serta dinamika kelompok yang harus berjalan sesuai dengan program yang
sudah direncanakan dari Bangda Mendagri. Muncul pula kesepakatan pembagian
hasil seperti yang sudah mucul di tiga desa yang juga mendapat program yang
sama seperti di Desa Cintaasih, yaitu setelah nanti berjalan sesuai dengan
jadwal maka penghitungan hasil tanaman akan dibagi 70 persen untuk petani
penggarap, 20 persen untuk pemilik lahan yaitu desa dan 10 persen untuk
kepentinga kelompok tani.
Penyampaian Ketua Kelompok A Hidayat merujuk hasil
pelatihan di Bandung pihaknya sangat berharap agar semua penggarap bisa
bersinergi melaksanakan program tersebut. Karena dari dari seluruh Jawa Barat
hanya dua kabupaten yang memperoleh program tersebut yaitu Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Kuningan. Pada tingkat kabupaten pun hanya empat desa berada di
tiga kecamatan yang disetujui Bangda. Maka ia pun sepakat seluruh komponen di
Desa Citaasih untuk bersama-sama mensukseskan program tersebut hingga tuntas.
Sedangkan dari TPM Cintaasih menyampaikan harapan penguatan kelembagaan
kelompok dan pemilihan calon bendahara, karena belum juga ada yang bersedia,
bahkan para petani yang ditunjuk masih mengaku keengganannya karena kesibukan
mengolah lahan serta tanggungjawab yang besar. Untuk mensinergikan penggarap
dan lahan garapan sesuai dengan denah dan peta lahan, dicocokan luas lahan dan
nama pemilik lahan garapan dan yang digarapkan pada pihak lain.
Dari kelompok tani pun sempat terlontar beberapa
pertanyaan yaitu mengenai bagi hasil dan pemindahtanganan lahan garapan jika
terjadi over alih garapan. Pada kesempatan itu juga TPM dan kelompok
menyepakati pergantian nama kelompok yang baru yaitu Ikatan Kelompok Tani Desa
Cintaasih ‘CINTA MUKTI’ dan menyepakati dan mengesahkan Ketua Kelompok A.
Hidayat dan Sekretaris Cecep NM. Adapun susunan pengurus harian, koordinasi bidang
dan anggota yang seluruh anggota kelompok tani dilibatkan dalam kepengurusan.
Sebagai kelanjutan pertemuan
pra sosialisasi tingkat desa, pada 11 Juli 2012 akhirnya digelar pertemuan
sosialisasi tingkat desa yang dihadiri seluruh pengurus dan anggota kelompok,
hadir mewakili pihak Kecamatan Gekbrong, Penyuluh Kehutanan, Penyuluh
Pertanian, Kepala Desa Cintaasih yang diwakili serta Ketua BPD setempat. Dari
hasil pertemuan tersebut muncul berbagai masukan dan saran dari anggota
kelompok dan pihak desa, terutama soal surat kepemilikan lahan garapa. Pihak
desa menilai dari 51 anggota yang terdata dalam program PLKSDA-BM baru satu
orang yang sudah memiliki surat sah penggarap di lahan desa. Maka diharapkan
dari pertemuan dan adanya program penghijauan lahan diminta para penggarap
menyelesaikan surat garapan sesuai dengan Peraturan Desa (Perdes) Desa
Cintaasih yang sudah dikeluarka desa. Maka para penggarap pun memahami atas
harapan desa tersebut dan direspon positif semua pihak. Begitupun dengan cara
pola tanam dan pembagian bibit apabila setelah program ini berjalan bisa
dilaksanakan oleh para penggarap. Begitupun dari para penyuluh dan BPD yang
menilai positif atas adanya program PLKSDA-BM di desa tersebut. Pada
kesemapatan tersebut penyelenggaraan sosialisasi tingkat desa juga mendapat
dukungan dari para mahasiswa yang sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)
dari Universitas Suryakancana (Unsur) Cianjur. Hasil dari pertemuan juga
berhasil memilih bendahara kelompok dengan cara pemilihan demokratis dengan terpilih
Asep Anwar sebagai bendahara.
Hasil Dampingan Bulan Agustus
Validasi Data
Pada pelaksanaan pendampingan pada akhir bulan Juli dan
awal Agustus, dilaksanakan beberapa program, termasuk validasi data seluruh
pelaksanaan pendampingan PLKSDA-BM, pada bulan ini juga Kelompok Tani ‘Cinta
Mukti’ Desa Cintaasih, Kecamatan Gekbrong menerima kunjungan Tim Monitoring dan
Evaluasi (Monev) tahap pertama dari Tim Ditjen Bina Bangda Kemendagri, Bappeda
maupun Dishutbun Kabupaten Cianjur.
Untuk kegiatan pendampingan rutin yaitu melaksanakan
pertemuan dan bertatap muka dengan para petani penggarap. Pada minggu pertama
di Bulan Agustus dilakukan pertemuan di rumah Ketua Kelompok Tani ‘Cinta Mukti’
A Hidayat yang dihadiri Sekretaris Kelompok Cecep NM dan Bendahara Asep Anwar
serta beberapa pengurus untuk membahas tekhnis validasi data yang dimaksud.
Pada kesempatan itu juga dilakukan pendataan ulang
anggota kelompok dan penggarap terutama karena garapan banyak yang digarapkan
pada orang lain, dengan mengambil keputusan bahwa yang berhak menerima program
merupakan penggarap yang saat adanya program tengah menggarap lahan tersebut.
Begitupula dengan rencana lokasi sumur serapan di lahan penggarap yang
rencananya akan dibuat di lahan yang berdekatan dengan lahan milik Epen, karena
lokasinya cukup berjauhan dengan lahan blok selatan. Maka atas saran Budi
penggarap, yang kebetulan memiliki lahan yang sudah pernah dilakukan penggalian
air bawah tanah dengan kedalaman 20 meter, maka kelompok mempertimbangkan untuk
memanfaatkan lubang sumur serapan yang ada untuk kemudian direkomendasikan pada
Satker PLKSDA-BM kabupaten. Rencananya penataan air serapan akan dilakukan
dengan manajemen yang tertib, terutama pengadaan jaringan listrik untuk mesin
penyedot, juga pelibatan keamanan Hansip RT setempat untuk keamanan dan
ketertiban keberadaan sumur serapa tersebut. Sumur serapan juga direncanakan
untuk kebutuhan warga di Kampung Kuntul, dan sarana ibadah karena kurangnya
sarana air bersih di wilayah tersebut.
Pada pertemuan juga dilakukan pendataan ulang luas
wilayah dan garapan penggarap. Masukan soal RDKK juga dilakukan pembahasan
ulang, dimana kebutuhan untuk jenis tanaman Hutan Rakyat tetap Jabon dan
Albasia, sedangkan Kebun Rakyat Rambutan Binjay dan Alpukat. Untuk kebutuhan
tanaman Kebun Rakyat Ketua Kelompok memberikan masukan kebutuhan yaitu tanaman
Pete sehingga masuk pada rekomendasi kebutuhan. Kebutuhan tanaman Agroforestry
tak ada perubahan yaitu Kapolaga, dan Rumput. Terakhir kebutuhan Tanaman
Semusim jenis Jagung Manis, Kacang Panjang, dan Kacang Tanah. Pembahasan jarak
tanam dan ukuran lubang dan ajir juga sempat dibahas, jarak tanam sesuai dengan
buku petunjuk dan konsultan Bangda jarak pohon tahunan dan buah-buahan 10 meter
sedangkan untuk jenis tanaman agroforestry dan tanaman semusim diantara jarak
tersebut. Ukuran lubang ditetapkan ukuran 40 centimeter persegi dengan
kedalaman 40 centimeter. Dibahas pula kesepakatan untuk nyicil pembuatan Surat
Izin Menggarap (SIM) dengan perhitungan menyisihkan dari dana Hari Orang Kerja
(HOK) yang rencananya akan diberi dari Satker kabupaten. Sedangkan perhitungan
pembagian keuntungan ke desa sesuai dengan yang sudah menjadi kesepakatan 70 :
30 persen dengan rincian penggarap 70 persen, desa 20 persen dan kelompok 10
persen. Begitupula dengan keberadaan pembenahan pembagian hasil yang iuran ke
desa setiap satu patok (400 meter persegi) sebesar Rp. 20.000,- per tahun juga
dibahas, agar tidak ada kesalahpahaman antara penggarap dan desa selaku pemilik
lahan pada program ke depannya.
Kunjungan Tim
Monitoring dan Evaluasi (Monev) Bangda
Usai menggelar pertemuan disepakati juga persiapan
menerima kunjungan Tim Monev Bangda, Satker Bappeda Kabupaten Cianjur dan
Dishutbun Kabupaten Cianjur ke kelompok tani. Pertemuan rutin juga digelar di
rumah penggarap P Budi, karena lokasi rumah yang cukup strategis di lokasi
lahan. Pembuatan draft untuk pamplet juga dibuat agar untuk mengetahui
aktifitas pertemuan dan pendampingan secara rutin, mingguan, bulanan dan
pertemuan rapat koordinasi tingkat kabupaten. Pelaksanaan monev dilaksanakan
pada hari, Sabtu, setelah sebelumnya dilakukan koordinasi antara KTPM dan
Bappeda tim mengunjungi Desa Cintaasih dan pertemuan digelar di rumah P Budi
dengan dihadiri pengurus Kelompok Tani ‘Cinta Mukti’ dan 49 anggota kelompok
penggarap. Tim Monev Bangda diantaranya, Haryanto, Ayu Wahyuningrat, Tim-Tim,
Egoa, Titi Anisa, dan Lidya. Konsultan PLKSDA-BM Bangda Wilayah Jawa
Barat-Bali, Yudi, Yadi, dan Soleh. Satker Bappeda Taopik dan Satker Dishutbun
Sukriyadi. Tim dan Kelompok Tetani melakukan tatap muka dengan kelompok tani
didampingi Tim Pendamping Masyarakat (TPM). Dilakukan tanya jawab seputar
kondisi lahan, kelembagaan kelompok dan pelaksanaan pendampingan.
Tanya jawab dilakukan seputar profil desa wilayah
program, keberadaan kelembagaan kelompok dan kondisi lahan. Ketua Kelompok Tani
‘Cinta Mukti’ A Hidayat mengemukakan terima kasih atas adanya program tersebut
harus dilaksanakan sesuai dengan harapan pemerintah. Pihaknya juga sudah
mengajak anggota kelompok untuk menggarap sebaik mungkin. Tim Monev sempat
menanyakan keluhan selama persiapan pra penanaman serta seluruh kegiatan. Usai
bertatap muka seluruh Tim Monev melakukan kunjungan langsung ke lahan untuk
membuktikan keberadaan lahan dan kondisinya.
Usai menerima kunjungan monev, upaya validasi data terus
dilakukan dengan meninjau langsung lahan serta pendataan anggota kelompok,
karena ada beberapa diantaranya terdapat kesalahan tulisan nama dan luas areal
garapan. Pengecekan untuk sumur serapan juga dilaksanakan, terutama untuk
menentukan di lokasi mana yang pas. Sebelumnya sempat disepakati dengan Satker
berlokasi di lahan yang masuk pada lahan garapan Epen, sebab di lokasi yang
sama sebelumnya sudah ada bekas sumur. Namun, setelah pendataan ulang ada saran
dan masukan dari anggota kelompok terutama dari Pa Budi, jika di lahan miliknya
sudah ada bekas penggalian air bawah tanah sedalam 20 meter. Tetapi sumur bor
tersebut belum diteruskan karena terbentur dana dan sibuknya aktifitas dia.
Setelah ditinjau sumur serapan dengan Satker lalu disepakati lokasi untuk sumur
serapan di lokasi tersebut.
Pada kegiatan pendataan untuk kebutuhan bibit dan lokasi
yang akan ditanami. TPM dan kelompok juga membahas saran yang disampaikan dalam
setiap pertemuan, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, seperti area
tanaman dengan sistem satu blok satu jenis tanaman baik pohon tahunan, maupun
jenis buah-buahan. Setelah meminta saran dan masukan dari setiap anggota
kelompok disepakati jika jenis tanaman tetap menggunakan pola pertama setiap
anggota menanam tanaman sendiri-sendiri, baik kebutuhan pohon maupun
buah-buahan. Alasannya, karena ditakutkan ke depan akan ada gesekan antar
anggota kelompok soal hasil tanaman, karena semua anggota bisa saja mengklaim
memiliki, dan mengambil hasil sekehendak sendiri, meski bukan di lahan sendiri.
Rakor dengan
Konsultan Bangda
Memasuki minggu ketiga Agustus, untuk meningkatkan
kafasitas Tim Pendamping Masyarakat (TPM) digelar pertemuan dengan Konsultan
Bangda Pa Yudi dan Pa Soleh di bask camp BTN Joglo Cianjur. Sambil melaksanakan
buka bersama, pertemuan dan tanya jawab berlangsung hingga tiga jam. Adapun
masukan terutama masalah pola tanam per blok dan jarak tanam dan pelubangan.
Kesiapan penanaman sistem blok dikembalikan pada kesiapan masing-masing
kelompok, dengan membuat berita acara pada setiap kesepakatan. Begitupula dengan
jarak tanam yang disarankan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan
petujuk tekhnis (juknis) dari Bangda 10 meter untuk jenis pohon dan
buah-buahan, dengan diselingi tanaman musiman. Mencuat pula sistem bagi hasil
antara penggarap dan pihak desa. Setiap TPM diminta untuk menceritakan kondisi
geografis dan sejarah serta komitmen antara penggarap dan pihak pemilik tanah
yaitu desa.
)* TPM PLKSDA-BM Koptan Cintamukti Desa Cintaasih Kec. Gekbrong, Kab. Cianjur