Rabu, 22 April 2015

Koptan Cintamukti Cintaasih Panen Tanaman Semusim



Nanang Rustandi MH)*

SEJAK dimulai penanaman program ini, anggota kelompok sudah melakukan penanaman tanaman semusim, meski dalam pelaksanaan Program Penanganan Lahan Kritis Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM), khususnya di Kelompok Tani Cinta Mukti Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur ini, tidak tepat sesuai jadwal.
Penanaman tanaman semusim baru bisa dilaksanakan pada bulan Desember 2012 akhir. Sebab, pada waktu penanaman tanaman pohon-pohonan dan buah-buahan juga sempat terjadi pemunduran waktu yang seharusnya pada bulan Oktober dan November 2012, namun akhirnya dilaksanakan pada akhir Desember 2012.
Pemunduran waktu ini juga berimbas pula pada pola tanaman petani yang tidak serempak. Ada beberapa petani yang sudah dari awal menanam dengan pola tanam yang sudah biasa dilakukan, seperti Jagung, Kacang Tanah, Cabe, Jahe, Kacang Panjang, Ubi Jalar, Singkong, Terung, Mentimun, Pisang, dan lain sebagainya. Sebab, prinsif petani tidak harus selalu mengikuti jadwal dari program, selain karena sudah jadi kebiasaan pendapatan sehari-hari dari tanaman semusim, juga karena dipastikan tak tepatnya waktu penerimaan bantuan bibit program PLKSDA-BM tahun 2012.
Dari sebanyak 52 anggota Kelompok Tani Cinta Mukti Desa Cintaasih, Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur, hanya sekitar 20 orang saja yang mendapatkan bantuan tanaman semusim. Selain karena terbatas jumlah bibit yang diterima petani, ada sebagian juga yang menolak bantuan bibit tanaman semusim. Rendahnya kualitas bibit dapat dipastikan petani akan merubah pola tanaman yang sudah mulai ditanaman semenjak bulan 5 sampai bulan 6, sehingga apabila yang sudah ada diganggu, maka kualitas tanamanpun akan rusak (pundung bahasa sunda).
Dari tiga jenis bibit tanaman semusim yang diterima Koptan Cinta Mukti Cintaasih, pada program PLKSDA-BM, diantaranya Kacang Tanah, Jagung dan Kapolaga, hanya dua jenis tanaman semusim yaitu Jagung dan Kacang Tanah yang paling dinanti petani. Meski untuk jenis Kapolaga juga ditanam pada lokasi lahan yang masih kosong. Petani beranggapan kalau Kapolaga bisa memakan waktu dua atau tiga tahun untuk bisa dipetik hasilnya.
Jumlah tanaman semusim seperti Jagung yang diterima Kelompok Cinta Mukti Desa Cintaasih Gekbrong Cianjur ini hanya 5 kilogram dan bibit kacang tanah sebanyak 20 kilogram. Anggota kelompok yang menerima bibit Jagung itu antara lain, H Muhtar 1 kilogram, Bah Oha 2 kilogram, Julaeha 1 kilogram dan Anom 1 kilogram. Minimnya jatah bibit jagung yang diterima petani membuat tak semua petani bisa menanam tanaman semusim. Meski jatah tersebut bena-benar diberikan pada anggota kelompok yang dijamin akan ditanamn.
Selain sedikit, kualitas bibit jenis jagung yang diterima juga tak memadai, ya karena lokal. Hal itu diakui Ketua Kelompok A Hidayat (Pa Alit). Ia membandingkan hasil dari kualitas jagung yang baik dengan kualitas jagung yang kurang bagus. Menurutnya, seperempat kilogram jenis jagung yang bagus, akan menghasilkan ratusan kilogram jagung. Merk bibit jagung yang diterima itu bernama ‘Jambore’. Padahal kata dia ada jenis bibit yang bagus yaitu dari merk ‘Talenta’, ‘Hawai’ atau ‘Golden’.
Begitu juga untuk bibit tanaman semusim Kacang Tanah juga hanya mendapat jatah 20 kilogram dengan jenis bibit merk ‘Anoa’. Maka hasilnya pun tak maksimal, dari 5 kilogram hanya jadi 60 kilogram, dari 3 hanya jadi 22 kilogram. Hasil dari panen tanaman semusim kacang tanah ini atas inisiatif kelompok, maka dibibitkan kembali dengan cara dijemur agar kering untuk kembali dijadikan bibit.
Bibit Kacang Tanah yang dapat antara lain, Ma Ehoy 1 kilogram, Anom 1 kilogram, Harun 3 kilogram, A Hidayat 3 kilogram, H Muhtar 5 kilogram, H Cicah 1 kg, Badin 1 kg, Asep Anwar 1 kg, Odih 1 kg, Jali 1 kg, Ikin 1 kg, Abdul 1 kg. Para petani juga mengakui, jika pola tanam kacang tanah ditanam bukan pada waktunya, imbasnya bukan hanya dari hasil panen yang minim, tanaman juga banyak yang terkena hama kuuk atau ulat tanah, sehingga panen banyak yang gagal.
Menurut aturan seharusnya tanaman kacang tanah baiknya ditanam pada bulan 8,9 dan 10 tahun 2012. Karena hujan pertama pada bulan 8, kalau ada hujan waktu yang tepat pada bulan 9 dan 10 paling telat, tetapi pada tahun ini melebihi dari jadwal yang bukan saatnya menanam.
Adapun hasil dari panen para petani seperti yang dialami H Muhtar dari bibit jagung sebanyak 1 kilogram, hasilnya 250 kilogram dengan harga jual Rp 2000 per kilogramnya. Selain jagung dia juga menanam kacang tanah yang asalnya 5 kilogram membuahkan hasil sebanyak 65 kilogram. Begitu juga A Hidayat yang menanam bibit kacang tanah sebanyak 3 kilogram menghasilkan 625 kilogram. Epon yang menaman bibit jagung sebanyak 2 kilogram, tetapi alasan kualitas bibit dan kondisi unsur hara tanah yang kurang baik, sehingga ia alami puso putih. Namun, tak begitu bagi Anom yang menanam bibit jagung 1 kilogram, setelah bibit disortir hanya terpilih setengah kilogram bibit yang layak ditanam. Hasil setelah panen sebanyak 150 kilogram yang jual Rp. 2000 per kilogramnya.
Begitupun dengan Julaeha yang mendapat bibit jagung sebanyak 1 kilogram dan setelah panen menghasilkan 150 kilogram. Ayi juga tanam 1 kilogram kacang tanah dan setelah panen jadi 13 kilogram. Sedangkan para petani yang belum panen diantaranya, Cicah, Harun dan Ikin.
Meski begitu para petani, khususnya kelompok PLKSDA-BM mengakui meski pola tanam tanaman semusim tak maksimal, dan kualitas bibit yang masih jauh dari harapan, akan tetapi bisa menikmati hasil yang cukup lumayan. Para petani berharap ke depan pemeritah, Ditjen Bangda Kemendagri, Bappeda Kabupaten Cianjur dan Dinas Kehutanan Kabupaten Cianjur dapat memfasilitasi kebutuhan penghijauan, khususnya pada tanaman semusim dapat lebih maksimal lagi. Keuntungan pun tak hanya bisa dirasakan petani juga pemerintah.(Ditulis Oleh TPM Desa Cintaasih Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar